Disindir Fadli Zon soal Pelemahan Rupiah, Ini Jawaban Telak Sri Mulyani
Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali menjadi sasaran dari sindiran Wakil Ketua DPR, Fadli Zon. Dengan predikat sebagai Menteri Terbaik di Dunia, Sri Mulyani dinilai tidak mampu melakukan upaya maksimal dalam mengendalikan nilai tukar rupiah yang tengah melemah belakangan ini.
Namun, Sri Mulyani saat dikonfirmasi enggan menanggapi sindiran tersebut. Menurut dia, sindiran itu tidak memiliki tujuan yang jelas.
"Menyelesaikan apa? Persoalan (pelemahan rupiah), yang diselesaikan apa?" ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (6/3/2018).
Sri Mulyani mengungkapkan, pelemahan rupiah tersebut merupakan efek eksternal. Ini bukan hanya terjadi terhadap rupiah, tetapi juga pada mata uang negara lain.
BACA JUGA : Prediksi Crotone vs Sampdoria 11 Maret 2018
"Kalau itu arusnya berasal dari pernyataannya Mr Powell (The Fed) atau Presiden Trump, itukan seluruh dunia terpengaruh. Jadi kita menjaga supaya kita tidak mendapatkan sentimen yang lebih dibandingkan apa yang menjadi sentimennya yang berasal dari luar. Tapi kalau sentimennya berasal dari sana kan saya enggak bisa Pak Trump jangan ngomong, atau Pak Powell jangan ngomong, kan bukan saya, gitu," jelas dia.
Selain itu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga memastikan, pemerintah akan tetap menjaga kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tengah pelemahan rupiah ini. Sejauh menurut dia, penerimaan dan belanja negara juga dalam kondisi seimbang sehingga tidak perlu kekhawatiran yang berlebihan.
"Saya sampaikan tadi, pokoknya kami tetap menjaga APBN kita di dalam kondisi di mana terjadi perubahan kita kan akan lihat dari sisi penerimaan negara, belanja negara, so far kalau seperti saya sampaikan seperti harga minyak dari kurs terhadap APBN kita penerimaan justru lebih baik," tegas Sri Mulyani.
Seperti diketahui, Wakil Ketua DPR Fadli Zon kembali menyindir Sri Mulyani. Setelah sebelumnya menyindir lantaran Sri Mulyani tersebut dinobatkan sebagai Menteri Terbaik di Dunia, kali ini Faldi Zon menyindir Sri Mulyani yang dianggap tidak bisa mengatasi pelemahan rupiah.
Rupiah Diprediksi Masih Akan Terombang-ambing Tahun Ini
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama Februari menunjukkan tren pelemahan. Bahkan jika dilihat dari 1 Januari hingga 21 Februari 2018, rupiah sudah melemah 0,84 persen.
Bank Indonesia (BI) menjelaskan, fluktuasi rupiah tersebut karena sentimen global, terutama dari AS yang ekonominya terus membaik. Akibatnya, The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga acuannya.
Gubernur BI, Agus Martowardojo memperkirakan The Fed akan menaikkan bunga acuannya sebanyak tiga kali pada 2018. Yang pertama, suku bunga akan dinaikkan dalam The Federal Open Market Committee (FOMC) meeting yang akan diselenggarakan Maret 2018.
"Jadi secara umum market di dunia akan ada volatilitas. Kami lihat akan ada tekanan besar sampai dengan FOMC nanti naikkan bunga (Maret). Tapi nanti (kedua) Juni akan naik lagi, sehingga Mei akan ada volatilitas lagi, begitu juga mendekati Desember (ketiga)," ucap Agus di Kompleks Bank Indonesia, pada 23 Februari 2018.
BACA JUGA : Prediksi Cagliari vs Lazio 11 Maret 2018
Diakui Agus, rupiah sempat melesat menguat pada Januari ini. Namun mendekati akhir bulan, tren tersebut mulai mereda dan berbalik melemah. Untuk itu, pelemahan ini diperkirakan BI hanya bersifat sementara.
Namun demikian, Agus memastikan BI akan selalu ada di pasar jika pergerakan rupiah sudah keluar dari koridor fundamentalnya. Sampai sekarang, pelemahan rupiah tersebut dianggap masih aman.
Sebelumnya, BI mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat pada Januari 2018 setelah sempat mengalami tekanan pada kuartal IV-2017.
Pada kuartal IV-2017, secara rata-rata harian, rupiah melemah sebesar 1,51 persen menjadi Rp 13.537 per dolar AS. Namun, rupiah kembali menguat sebesar 1,36 persen menjadi Rp 13.378 per dolar AS pada Januari 2018.
"Penguatan rupiah ini didorong oleh aliran modal asing yang kembali masuk sejalan dengan persepsi positif investor terhadap perekonomian domestik dan penguatan mata uang kawasan," ungkap Agus.